TIME RUNS FAST.

Monday, December 12, 2011

Dalam Diam


"Ini kisah tentang harapan yang hampir hilang. Sebuah kisah tentang cinta yang nyaris sempurna, kecuali rasa sakit karena persahabatan itu sendiri."  -  Refrain (2009)

I'm hoping that this would be the last post that I'll be dedicating to him; the person whom I've fallen in love with.
Sayup rinai hujan dan suara AC bergeming di otakku, mencoba menyadarkanku bahwa seharusnya aku telah terbaring setengah tak bernyawa dengan kedua mata yang tertutup dibalut selimut hijau kesayanganku. Tapi aku sadar, aku tidak akan melakukan itu malam ini. Tidur bisa kulakukan nanti, bisa kujalani dengan hitungan jam dengan jari kecilku. Ide gila untuk menulis di tengah malam sunyi ini muncul begitu saja ketika aku sedang mencoba menelaah perasaanku sendiri. Apakah ini salah?

Bukan mauku untuk mempunyai tatapan nanar penuh harapan setiap kali aku melihatmu. Bukan mauku juga untuk tidak segera terbangun dan menyadari kenyataan bahwa hukumnya haram bagi sahabat untuk saling suka. Tunggu. Akan menjadi sebuah cerita lain kalau memang mereka berdua saling terbalut rasa suka yang lebih untuk keduanya, tapi akan menjadi sebuah cerita pahit apabila yang dialami justru sebaliknya. Aku ingin bertanya kepadamu sesekali, apakah benar kamu sama sekali tidak merasakan apa yang sudah kucoba katakan?

Dadaku seperti terajam oleh berbagai jenis pisau ketika kau bercerita singkat tentang kehidupan rahasiamu yang sepertinya enggan kau ceritakan padaku. Pahit. Sangat pahit sampai ke ulu hati. Ini pahit yang benar-benar kurasakan di tunas pengecap pada lidahku sewaktu kau dengan ringannya melontarkan berbagai kenyataan yang seharusnya telah aku pahami. Lidahku seperti dihantam palu, tertiban batu, dan dipaku paksa. Sungguh, hati ini sungguh kelu.

Kemarin, kau cukup membuatku senang. Senang dalam artian bahwa kita bisa melewati satu hari tertawa bersama lewat percakapan yang tiada henti-hentinya. Tapi setiap kali pikiranku mulai menjauh, aku segera menutup mata, menggelengkan kepala, dan mengulang dengan terus menerus pernyataan ini: "Kita sahabat. Kita sahabat. Kita sahabat dan akan terus begitu selamanya."
Terdengar dramatis mungkin, tapi itulah yang terjadi sesungguhnya. Aku benar-benar menutup mata dan melakukannya. Aku tersadar akan suatu fakta bahwa memang kita berdua terlahir untuk saling mewarnai hidup satu sama lain sebagai warna tunggal, bukan warna yang nantinya akan bisa tergradasi dan hidup berdampingan secara anggun.

Aku tersenyum mengingat betapa bodohnya aku untuk melihatmu dari belakang dan berharap lebih akan semuanya. Sahabat perempuanku yang bernama Fristine pernah mengatakan bahwa adalah sebuah kesalahan yang fatal bagi seseorang yang menyukai sahabatnya sendiri. Dan aku merasakannya sekarang. Kehangatan yang kamu berikan bak kehangatan seorang kakak laki-laki yang hendak melindungi adik perempuannya, yang selalu siap dengan pikiran-pikiran tegasnya dan kacak pinggangnya.

Cerita kita mungkin tidak berakhir dengan bahagia, karena memang hidup tidak selalu diselingi dengan pagelaran seni yang mengundang gelak senyum dan tawa semua orang. Kadang, kita harus dengan terpaksa berjalan di bawah derasnya hujan, di atas pandangan heran orang-orang tentang kegagalan yang kita raih. Mungkin aku telah gagal menyadarkanmu tentang perasaan ini, but I hope one day that you will. No matter how late it is to see, at least you knew that I was stabbed by your stories, your love stories.

Sahabat, sekarang aku akan melepas pergi perasaan ini. Sekaligus melepasmu pergi bersama seseorang yang telah kamu pilih. Dada ini terhenyak, aku sempat berhenti mengetikkan kata-kata. Tidak disangka, aku kehilangan lagi. Tapi untungnya, kali ini kehilangannya terlihat lebih mulus dan tulus dari biasanya, aku sudah ikhlas. Bawalah dirimu pergi ke atas awan untuk menikmati hari-hari baru indah nan cantik tanpa lontaran tatapan kosong jahanam milikku, rangkul gadismu dan bawa dia mengelilingi galaksi raya.


"Sayangnya, di setiap cerita harus ada yang terluka."  - Refrain (2009)


Hanya sekedar pesan bagimu,
seseorang yang selama ini berada di dekatmu, yang selama ini tenggelam bersamamu dengan gelak tawa dan senyuman riang, dan juga serta merta mendengarkan keluh kesahmu, pernah berpikir lebih jauh dari sekedar sahabat dekat. Ketahuilah, bahwa kamu adalah orang pertama yang bisa membuat mulutku terasa begitu pahit, sampai ulu hatiku terasa nyeri sampai melilit. Dan ketahuilah, bahwa aku adalah gadis yang diam-diam pernah mengagumimu, menyukaimu, dan mencintaimu, lebih dari sekedar itu.

4 comments:

  1. HAHAHA :') maafkan gue yg sering nulis galau ini ya mot.......

    ReplyDelete
  2. haha gue jg sering nulis galau :'''''' lo soon to be raditya dika/cassey bunn deh min amin

    ReplyDelete
  3. AMIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN!!!!!!!!!!!!!!!!!! beli buku gue ya mot nanti cnd hahaha :p

    ReplyDelete