ah, postingan macam apa lagi ini?
maaf bagi kalian semua, tapi sumpah mati saya tidak bisa tahan lagi dengan semua imaji ini. sulit rasanya untuk didera pikiran terus menerus yang tidak kunjung usai, menenggelamkan kewarasan saya sampai-sampai saya mengira bahwa semua itu benar adanya.
hal yang menyebabkan kegalauan saya kali ini adalah tersadarnya saya akan sifat buruk saya yang selalu menyia-nyiakan setiap kesempatan beserta orang yang ada di sekitar saya.
sifat buruk saya ini terbangun begitu kokoh sehingga saya selalu mempunyai pikiran bahwa semua orang pada akhirnya akan memaafkan saya dan/atau saya akan mendapat kesempatan yang kedua di lain waktu. kenyataannya? tidak selalu semua berjalan semulus itu.
masalahnya, sekarang saya melihat betapa orang itu seperti tidak mau mengenal saya. bagaimana saya ingat kembali hal-hal yang tercetak jelas di sms terakhirnya yang ia kirimkan kepada saya; dia sudah menaruh hatinya, mempercayakan saya, dan dia kecewa karena saya menyia-nyiakannya demi orang lain. bagi saya waktu itu, kata kecewa tidak melambangkan apa-apa, bahkan saya berpikir suatu saat nanti pasti dia bisa memaklumi saya dan memaafkan kenaifan saya.
masalahnya, dia yang sekarang bukanlah dia yang dulu.
masalahnya, dia yang sekarang bukanlah dia yang mau menerima saya lagi di barisan penting hidupnya.
masalahnya, dia yang sekarang sudah mempunyai orang lain yang telah membuatnya bahagia dan tergla-gila.
lagi-lagi saya baru sadar, kata-kata bijak "happiness is the sweetest revenge" adalah benar adanya. mungkin dia tidak bermaksud untuk melakukan apapun, tapi bagi saya—orang yang pernah menolak dia mentah-mentah—hal itu cukup menjadi tamparan untuk menyulap saya sebagai pengagum rahasianya—juga sebagai seseorang yang keberadaannya tidak akan pernah diusik oleh rasa keingintahuannya.
setiap melihat namanya muncul di jejaring sosial manapun, saya selalu membatin, "lo mikir apa sih nyet waktu itu?"
"Wish you could go back and tell yourself what you know now."
- Taylor Swift, Fifteen
sampai hari ini, tidak sedikit teman baru saya yang menjadi tahu mengenai orang itu. saya selalu menceritakan hidupnya secara singkat dengan bangga, bagaimana saya selalu berkata bahwa saya terlalu bodoh dan naif sampai bisa menyia-nyiakan dia begitu saja.
lihat saya sekarang.
hal yang bisa saya lakukan adalah mencurahkan isi kegundahan pikiran ini dalam bentuk tulisan di blog, menjadikannya rapi sehingga orang bisa membacanya dan bisa belajar dari pengalaman bodoh ini. menceritakan cerita-cerita ini ke satu kuping ke kuping lain agar orang tahu bahwa bagaimana dia mempunyai kedudukan yang begitu istimewa di pandangan saya.
lalu lihat dia sekarang.
sibuk mengejar dan membina hati yang baru saja disinggahinya, berpetualang kesana-kemari sambil mengukir masa depannya--tanpa pernah ingat saya.
saya yang sekarang.. hanya bisa berharap suatu saat nanti dia bisa membaca tulisan ini dan kemudian bisa tersadar, atau tahu dengan sendirinya bahwa dia pernah menjadi salah satu penyesalan terdalam saya.
dan alasan saya trauma mendengar kata kecewa.
No comments:
Post a Comment