TIME RUNS FAST.

Thursday, January 5, 2012

Semoga Selamanya

Sambil jemariku menari mengitari keyboard laptop ini, aku berusaha mengingat apa yang tadi aku bicarakan dengan kedua teman terdekatku, Fristine dan Vita. Tidak terasa, di tahun 2012 ini umurku akan genap menjadi 18. Bagi kalian orang yang belum pernah bertemu langsung denganku sebelumnya, melihat diriku yang divonis berumur 18 tahun tidaklah cocok. Selain postur tubuhku yang benar-benar tidak mencerminkan sesosok anak kelas 12, jauh di dalam hatiku aku juga belum siap untuk menjadi dewasa dan mandiri.

Kita bertiga tadi berdiskusi tentang bagaimana masa depan kita nanti. We might have imagined things a bit too far, tapi bagiku itu semacam motivasi. Kami bertiga memiliki cita-cita yang berbeda, dengan pola pikir yang mungkin hampir sama. Fristine yang baru saja membulatkan tekadnya kemarin menjadi seorang interior designer mengatakan bahwa ia menginginkan pekerjaan yang bisa ia lakukan di rumah, karena ia ingin menjadi seorang ibu rumah tangga yang dekat dengan anak-anaknya. Sementara aku, yang dua hari silam baru saja menyaksikan potret para wanita karir yang kira-kira berumur kepala 2, menginginkan menjadi wanita karir yang waktu kerjanya mungkin membutuhkan 25 jam dalam sehari. Aku ingin menjadi sesibuk itu. Dan Philareta atau Vita, ia menginginkan pekerjaan yang mungkin berada di pertengahan antara keinginan aku dan Fristine.

Aku dengan kelabilanku memutuskan pilihan jurusan yang akhirnya jatuh pada Kedokteran Gigi, Fristine dengan segelintir ide tentang interior, dan Vita dengan hal fashion marketing-nya. Perbedaan yang cukup kontras, bukan? Tapi itu tidak memisahkan kita dari ide gila kita bertiga, yang mungkin telah menjadi impian bagi orang-orang lain juga, untuk dapat tinggal bersama dalam satu atap. Sesama perempuan tentunya. Aku yang masih belum dapat memutuskan universitasku yang pasti, Fristine yang menginginkan masuk Trisakti, dan Vita berkutat antara La Salle atau Raffles. Dimanakah daerah yang pas bagi kita bertiga untuk dapat mempunyai tempat singgah bersama?

Keinginan tinggal bersama teman sendiri sudah menjadi obsesi tersendiri bagiku dan teman-teman perempuanku, tapi kami tahu, aktualisasi dari obsesi kami itu adalah hal yang sulit. Selain karena masalah lokasi, biaya merupakan kendala yang harus diperhatikan. Dan keinginan itu adalah buah dari keinginan lain, yaitu tidak ingin lepas dari satu sama lain.

Dulu, beberapa bulan sebelum aku akhirnya melepas pergi rok panjang biruku, aku dan teman-teman SMPku seringkali berjanji bahwa kita akan selalu ingat satu sama lain, we'll have each other's backs, will do some catch ups every week or so, etc. Tapi nyatanya? Aku kadang merasa asing berbicara dengan teman-teman lamaku, karena aku benar-benar jauh dari perbincangan mereka. Selain karena posisi sekolah yang tidak memungkinkan aku untuk sering berkunjung ke sekolah lama, jadwal padat Gonz adalah hal yang tidak terelakkan. Mungkin yang lain punya opini berbeda, tapi kalau boleh jujur, aku memang jauh lebih dekat dengan teman-temanku yang sekarang. Aku merasa mereka bisa lebih menerimaku dan bisa lebih mengerti aku apa adanya. Bukan maksud hati untuk membedakan, tapi  memang kenyataannya bagiku seperti itu. Dan aku takut hal ini akan terulang kembali.

Memang, hidup ini terus berjalan, waktu terus berganti, dan wajah beserta sifat-sifat mereka pun berganti seraya dengan kita yang sebenarnya melakukan hal serupa. Tapi selagi kita masih bisa menjaga apa yang kita punya, kenapa tidak kita awetkan saja persahabatan ini? Nothing lasts forever, tapi setidaknya ajal lah yang membuatnya menjadi tidak abadi, bukan perilaku. Aku pernah membaca sebuah blog tentang bagaimana seseorang kehilangan sahabatnya ketika mereka masuk dunia perkuliahan. Sahabatnya itu terlalu sibuk dengan dunianya sampai-sampai mereka tidak dapat lagi berbagi suka dan duka seperti dulu. Sahabatnya itu juga telah memiliki teman baru sekarang, sampai akhirnya penulis merasa jera dan ia mengirim surat kepada sahabatnya. Padahal dari apa yang telah aku baca, mereka bahkan sering dijuluki lesbi hanya karena kedekatan yang mereka jalin. Mengejutkan bukan? Itu lah yang aku takutkan.
Aku ingin men-support teman-temanku agar mereka dapat sampai ke mimpi mereka masing-masing, tapi setelah mereka sampai disana, akankah mereka berbalik dan tersenyum serta berterimakasih kepada kita lalu mengingat kita selama mungkin? Atau mereka akan bersikap acuh tak acuh, berlagak angkuh karena ada teman-teman baru?

Ini mungkin kali pertama aku khawatir akan berubahnya teman-teman terdekatku. Bagi mereka yang tidak terlalu dekat denganku, well, I hope you'll still remember my name when we meet some time later in a supermarket. Or maybe when my flying car is parked right next to yours. And to some of my friends whom have read my blog, I really do hope you remember my words.


Untuk Fristine, Tasya, Vita, Kezia, Udu, Gitta, Brendy, Henny, Dicta, Hesty, dan Diandra, semoga you guys won't ignore me waktu kalian sudah berada dalam kampus-kampus keinginan kalian masing-masing. Whether you read this or not, tapi kata-kata itu akan kujadikan sebuah doa. Karena kalian lah yang bisa membuat hidupku menjadi sedikit rileks dan kadang menegangkan sewaktu di Gonzaga. Kapan lagi aku bisa tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul meja seperti retarded seal kalau bukan bersama orang-orang seperti kalian? Dan siapa lagi orang-orang yang mau mendengar keluh kesahku sampai mulutku berbusa padahal aku hanya menceritakan hal yang sama? Kalian. Kalian lah yang bersedia menenangkan aku waktu aku pergi ke toilet dalam keadaan mata yang basah, dengan wajah yang menunduk. Mungkin kalian tidak ingat akan hal itu, tapi itu akan selalu kukenang, karena belum tentu nantinya ada sekelompok orang yang bisa berlaku sebaik itu kepadaku. Walaupun tentunya setiap orang dan relasinya pasti pernah mengalami hari-hari buruk dimana kita harus merasa saling membenci satu sama lain, tapi itulah hidup. Akan selalu ada ups and downs di segala sudut.
Jadi, khusus kepada kalian yang namanya kusebutkan di atas, aku harap apa yang pernah kita bina di Gonzaga itu termasuk sesuatu yang riil di kehidupan kalian. Sesuatu yang luar biasa, sebuah cinta yang lahir bagi sahabat-sahabat terdekat kita. Aku hanya berharap kalian bisa mengenang kita selamanya, lengkap dengan goresan-goresan hidup yang Gonzaga berikan kepada kita semua.

3 comments:

  1. :''''''') aaaa mineee... Iyaaa, pokoknya kita harus tetep deket dan semoga harapan2 kita tadi bisa jadi kenyataann *aminnn* ({})

    ReplyDelete
  2. AMIN! Harus tetep deket dan pasti tetep deket...selamanya :)

    ReplyDelete
  3. HARUS! harus bgt bisa selamanyaaa plisss bgt hahaha I'll miss our times together apalagi kyk semalem :')

    ReplyDelete